Setelah singgah di McLeod Ganj kurang dari 24 jam, kami melanjutkan perjalanan selama kurang lebih 8 jam dan sampai jam 11 pagi di Manali. Begitu keluar dari bis banyak sekali calo yang menawarkan kami penginapan. Karena capek dan malas mencari, maka kami ikut dengan salah seorang calo tersebut ke jalanan kecil yang terletak dekat dengan Mall Road dan segera mengiyakan hotel pertama yang ditawarkan. Seperti Shimla, Mall Rd ini merupakan pusat Manali.
Di siang hari itu di Mall Rd sedang ada semacam pawai, tetapi saya kurang tahu pawai apa. Kami kemudian pergi ke salah satu agen travel dengan niat membeli tiket bis untuk keesokan harinya ke Leh. Si agen travel tetapi menyarankan kami naik sharing taxi agar bisa lebih cepat sampai. Jika naik bis maka akan butuh waktu 2 hari, karena akan bermalam di Keylong dan jika taxi maka hanya akan butuh waktu 14-16 jam (berangkat jam 1-2 pagi) dengan imbasnya kenaikan ketinggian yang cepat dan ekstrem serta rawan terkena AMS (Acute Mountain Sickness). Setelah pikir-pikir kami memutuskan nekat naik taxi yang berangkat dini hari tersebut.
Setelah selesai booking kami pergi makan siang di rumah makan ala-ala Tibet di sekitar situ dan sebisa mungkin melihat-lihat kota Manali. Tujuan pertama yaitu Gadhan Thekchhokling Gompa yang terletak tidak jauh dari Mall Rd. Suasana disini sangat tenang dengan pemandangan bebukitan yang hijau. Untaian bendera-bendera doa juga menjuntai di taman samping kuil. Selain itu disini juga terdapat biara sebagai tempat tinggal para biksu. Tujuan kedua kami Hidimba Devi Temple berjarak sekitar 2 km dari Mall Rd. Kuil ini terletak di tengah hutan dikelilingi pepohonan cedar yang tinggi. Sekitar kuil ini juga ada yang menwarkan foto dengan yak atau kelinci raksasa dan biayanya sekitar Rs 20. Tujuan terakhir kami yaitu sekadar bersantai di sungai Beas. Aliran sungai ini sangat deras sehingga banyak tur yang menawarkan rafting. Kami hanya berjalan-jalan di taman dekat sungai kemudian duduk-duduk di pinggiran sungai yang mempunyai banyak batu besar. Waktu yang sudah menunjukkan pukul 19 membuat kami harus bergegas balik ke hotel dan bersiap untuk perjalanan ke Leh. Sebelumnya kami mampir dulu ke minimarket untuk membeli makanan dan minuman selama di perjalanan.
Pukul 00:30 kami check out dari hotel dan berjalan menuju tempat travel. Disitu sudah ada beberapa orang yang duduk menunggu dengan backpacknya yang besar-besar. Lima belas menit kemudian barulah minibus yang akan membawa kami ke Leh tiba dan bapak supir segera mengecek identitas para penumpangnya yang berjumlah 10 orang, termasuk saya dan teman saya. Setelah itu barang bawaan semua penumpang diletakkan di atas minibus, ditali dan diberi terpal sebagai penutup.
Pukul 1:30 berangkatlah kami menuju Leh. Jarak kedua tempat adalah 490 km dan daerah paling tinggi yang akan dilewati, Tanglang La, berada di ketinggian 5328 mdpl. Jalur ini hanya dibuka selama 4-4,5 bulan, mulai dari Mei/Juni sampai pertengahan Oktober ketika salju mulai turun lagi. Karena bahaya terkena AMS, tanah atau salju longsor dan jalanan yang sempit, jalur ini disebut sebagai salah satu jalur yang paling menantang para pecinta road trip di dunia, tetapi juga salah satu yang paling indah.
Entah apes atau gimana, saya dan teman saya dapat tempat duduk yang paling belakang. Selama 5 jam pertama, kami hanya bisa berusaha tidur karena di luar masih gelap. Terkadang saya bangun karena pak sopir dan kernetnya bicara dengan suara yang keras dan saya lihat kernetnya harus turun dari kendaraan. Ternyata dari arah yang berlawanan ada kendaraan lain dan karena jalannya yang sangat sempit, cukup untuk satu kendaraan saja, jadi kadang kendaraan yang kami tumpangi harus mundur sampai terdapat bahu jalan, sehingga kendaraan dari arah yang berlawanan bisa lewat.
Setelah matahari terbit barulah kami bisa mengamati pemandangan yang luar biasa indah, mulai dari lembah hijau dengan sungai ditengahnya, pegunungan Himalaya dengan puncaknya yang bersalju, sampai hamparan yang mirip padang pasir dengan batu-batu besar. Ingin rasanya menyewa kendaraan sendiri sehingga bisa berhenti kapanpun untuk foto-foto.
Setelah kurang lebih 8 jam perjalanan saya merasa pusing dan mual, segera saya minum obat dan berusaha tidur. Untungnya setelah itu saya merasa lebih baik. Selama 16 jam perjalanan minibus kami berhenti beberapa kali di check point untuk pemeriksaan paspor dan di tenda-tenda di pinggir jalan yang menjual makanan.
Untuk buang air kecil terkadang ada bilik kecil yang hanya dikelilingi semacam terpal sebagai dinding, tapi seringkali kami harus pergi mencari tempat tersembunyi di belakang bebatuan. Selama di pemberhentian kami sempatkan ngobrol dengan para traveller yang satu kendaraan dengan kami, senang rasanya bisa bertukar cerita dan mendapatkan tips jika ingin berkunjung ke negara asal si traveller.
Nice picture